Seni Mengajar



Seni Mengajar (The Art of Teaching) Informasi yang kita berikan terhadap orang lain belum tentu dapat dimengerti dan dipahami dengan benar oleh si penerima. Dalam teori komunikasi, gangguan (noice) menjadi salah satu penghambat proses penerimaan informasi. Gangguan tersebut dapat berasal dari si pemberi pesan/informasi (dalam teori komunikasi disebut komunikator) maupun dari yang menerima pesan (komunikan), bahkan dari luar. Sebagai contoh pada saat mengajar di ruangan kelas akan banyak sekali gangguan yang terjadi baik terhadap pengajar maupun terhadap murid yang menerima informasi, misalnya saja ruangan yang kurang nyaman, canda anak-anak, dan lain-lain. 
Mengajar dapat dipahami sebagai bentuk komunikasi, dimana setiap pengajar (komunikator) menyampaikan materi/informasi dengan tujuan supaya dapat dipahami dengan baik oleh muridnya (komunikan). Dengan semakin banyak gangguan yang terjadi maka semakin banyak juga informasi yang tidak dapat diterima oleh murid. Dalam hal ini minimal ada 4 hal yang berpengaruh terhadap pemahaman informasi yang kita sampaikan seperti : a) kemampuan si guru dalam menyampaikan materi, b) tingkat kesederhanaan materi yang disampaikan, c) kemampuan si murid dalam menerima informasi dan d) kondisi saat belajar. 
Dalam pelaksanaannya faktor materi/informasi, kemampuan murid dan kondisi dapat dioptimalkan oleh guru melalui penerapan seni mengajar yang baik. Setiap orang akan memiliki seni-seni mengajar yang berbeda-beda akan tetapi berpijak pada dasar dan tujuan yang sama yakni supaya materi dapat diserap dengan baik oleh murid. Seni mengajar haruslah dibedakan antara mengajar anak kecil (andragogi) dengan seni mengajar orang dewasa (pedagogi). Hal ini karena karakteristik mereka berbeda. Sebagai dasar kita akan menerapkan seni mengajar, kita perlu memahami bahwa 55% komunikasi yang efektif adalah melalalui body language [isarat tubuh]. Kendali sadar kita terhadap tubuh hanya 12%. Otak kita memiliki memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Otak kita hanya mampu menyerap 134 byte per second informasi sementara informasi yang masuk kedalam otak adalah 2.000.000 byte per second yang disalurkan oleh semua panca indra kita. 
Subjektivitas komunikan terhadap komunikator kadang-kadang juga sangat menentukan apakah suatu informasi dapat mudah dipahami atau tidak. Karenanya menerapkan seni dalam mengajar akan mampu menciptakan suasana belajar yang optimal. Seni mengajar lebih cenderung mempelajari bagaimana psikologis murid. Keterbatasan otak kita dalam menyimpan informasi pada kondisi sadar, maka kita perlu memasuki alam bawah sadarnya. Emosi juga memberikan pengaruh positif terhadap informasi yang diingat. Diantara kita ada yang mengenal dengan baik lirik dan nada sebuah lagu yang sudah berumur >20 tahunan. Dia menangis ketika mendengar lagu tersebut, karena lagu tersebut merupakan kenangan saat berpisah dengan kekasihnya. 
Jadi dalam menerapkan seni mengajar, langkah pertama adalah membuka pikiran murid (open mind audiens) . Hal-hal yang bisa dilakukan adalah dengan membuat rileks murid sebelum memulai proses pembelajaran. Kemudian untuk memasuki pikiran bawah sadar mereka dapat kita lakukan dengan membuatnya kaget, bingung, penasaran, dan dibuat fokus [hal ini juga dilakukan oleh para hypnoter]. Langkah kedua adalah melakukan matching/miroring terhadap murid mulai dari gaya berdiri, cara pandang, intonasi suara dan lainnya. Hal ini dilakukan karena setiap orang akan senang dengan orang yang mirip dirinya. Kita harus mengenali cara bicara mereka, intonasinya, dan gayanya. Ketika kita akan melakukan komunikasi dengan murid yang tidak senang dipandang lama-lama, maka kita pun harus menghindari kontak mata terlalu lama dengan murid. Ilmu yang mendasari pemahaman ini adalah tentang karakteristik personal. Kita perlu mengetahui tipe-tipe personality. Langkah ketiga adalah menciptakan fokus murid terhadap gerakan yang kita buat. Misalnya melalui gerakan tangan, tawa kita, atau gaya ngomong kita. Hal ini dilakukan untuk menghipnotis murid supaya fokus terhadap kita (Teknik fire the anchor). Seperti gaya bicara para orator ulung, misalnya saja Presiden Barrack Obama, Presiden SBY mereka memberikan gerak tubuh tertentu dan penekanan-penekanan intonasi pada kata-kata, serta sesekali menggunakan jeda. Langkah keempat adalah membuat audiens terlarut dalam fokus untuk mengikuti materi yang disampaikan melalui cerita-cerita bersambung yang kesimpulannya diletakan diakhir pembicaraan (teknik metafor). Murid tanpa disadari akan menunggu kesimpulan cerita yang kita potong dulu, sehingga berusaha memperhatikan kita hingga akhir proses pembelajaran. Langkah terakhir dalam menerapkan seni mengajar adalah mengatur kondisi puncak pikiran kita saat mengajar. Tidak boleh kita tiba-tiba berhenti berbicara ketika sedang menjelaskan materi, apalagi lupa tentang sebuah terminologi atau penggalan-penggalan kalimat yang akan disampaikan (Teknik Learning State). 
Karenanya dalam mengajar perlu rencana pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan RKTP, LPM, TIU/TIK dan sebagainya. Sebagai salah satu contoh, bentuk pembelajaran orang dewasa harus rencana pembelajarannya meliputi tahapan sebagai berikut. 1. Menciptakan iklim belajar melalui kegiatan permainan 2. Menyepakati tujuan belajar dengan menyampaikan TIU/TIK 3. Menggali pengalaman peserta melalui diskusi seputar materi yang akan disampaikan 4. Menyampaikan materi bahasan pokok 5. Melakukan selingan (intermezo) untuk kembali membangkitkan semangat belajar 6. Mengevaluasi pemahaman peserta tentang materi yang telah disampaikan 7. Memberikan kesimpulan materi pembelajaran 8. Memberikan penugasan tindak lanjut dari materi yang telah disampaikan

Rudy_Bogor

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama